Resmikan IAIN Batusangkar, Menag: Tantangan PTKI Masih Panjang
By Admin
nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, tantangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) kita masih panjang. Dijelaskan Menag, angka iliterasi, ketuna-akasaraan bangsa kita masih tinggi, berkisar 5,4 juta jiwa. Angka ini akan bertambah jika definisi iliterasi adalah mereka yang tidak paham bahasa asing (Inggris umpamanya), tidak kemampuan menggunakan ICT, dan tidak memiliki keterampilan berkomunikasi antar budaya.
"Untuk itu, peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) harus hadir mengedukasi masyarakat dan melakukan gerakan pemberdayaan yang sungguh-sungguh menyentuh kebutuhan masyarakat bawah," kata Menag dalam orasi ilmiahnya tentang Membangun Perguruan Tinggi Berkearifan Lokal Bereputasi Global, pada Peresmian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Sumatera Barat, Rabu (21/12).
Menurut Menag, Kuliah Kerja Lapang (KKL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tidak sekedar menjalankan rutinitas dan seremonial belaka, tetapi mampu mencerahkan masyarakat pedesaan. Masyarakat miskin pedesaan adalah sasaran dan tujuan dakwah kita.
"Kita ajak mereka untuk menjadi insan-insan terdidik dan terampil. Hanya lewat pendidikanlah mereka bisa melakukan lompatan dalam merubah nasib mereka. Pendidikan dapat mengubah orang biasa menjadi luar biasa. Pendidikan dapat mengubah masyarakat miskin desa menjadi kaum urban terdidik dan berpenghasilan," ujar Menag.
"Itulah sebabnya, dalam banyak kesempatan saya tekankan bahwa kehadiran PTKI di sebuah wilayah atau daerah harus berdampak secara politik, sosial dan ekonomi kepada masyarakat di mana perguruan tinggi tersebut berada," kata Menag menekankan.
Dikatakan Menag, kehadiran PTKI juga dalam rangka mensyiarkan dan mengkomunikasikan Islam Indonesia yang moderat, berkemajuan dan toleran. Moderasi Islam Indonesia harus terus disampaikan kepada seluruh masyarakat dunia.
"Karakter moderasi Islam adalah buah dari pergumulan panjang para alim ulama, tokoh pendidik Indonesia dalam mengartikulasikan nilai-nilai universal Islam dan nilai-nilai kultural keindonesiaan," ucapnya.
Dalam pandangannya, karakter Islam Indonesia lebih mengedepankan akhlak dan etika dalam pergaulan. Islam Indonesia lebih akomodatif terhadap budaya dan kearifan lokal. Tegasnya, nilai-nilai universal Islam datang untuk "memahkotai" budaya lokal.
Dipaparkan Menag, pasca Arab Spring, pergolakan politik timur tengah, membuat komunitas dunia sedang mencari model keberislaman baru. Bahwa ternyata karakter Islam yang sedang berkembang di sebagian kawasan Timur Tengah dan dunia barat yang cenderung keras dan formalistik sesungguhnya bukanlah dambaan peradaban masa depan.
"Disinilah posisi penting kahadiran Islam Indonesia harus terus disuarakan ke level lebih tinggi pada tingkat dunia. Para dosen kita yang berkompeten harus mengambil peran strategis ini," harap Menag.
"Sudah saatnya Islam Indonesia menjadi destinasi dalam berdemokrasi pada tataran global, dan lembaga perguruan tinggi Islam harus mampu menjadi pioneer dan lokomotifnya," tutur Menag. (p/ab)